Seni Pertunjukan Wayang Golek Sarana Pengajaran Nilai, Penjaga Silaturahim dan Ukhuwah

Kehadiran Seni Pertunjukan Wayang Golek sudah menjadi dari bagian sejarah bangsa Ini sejak belum bernama Indonesia. Mulai dari Raden patah kerajaan Demak kemudian disebarluaskan oleh wali songo termasuk Sunan Gunung Jati yang memerintah cirebon pada tahun 1568 Memanfaatkan wayang kulit untuk media dakwah dalam menyebarkan Agama Islam.

Masih sekitar tahun 1584 masehi salah satu Sunan dari Wali Songo menciptakan Wayang Golek yaitu Sunan Kudus. Dalam sejarahnya wayang golek digunakan untuk pertunjukan para bangsawan, Terutama Penguasa Bupati di Jawa Barat yang ikut andil dalam penyebaran seni pertunjukan wayang golek untuk menghibur priyayi atau bangsawan sunda atau kepentingan pribadi dan umum di Lingkungan Istana dan Kabupaten .
Sunan Kudus juga salah satu yang mengawali perkembangan Wayang Golek dengan membuat Wayang Purwo sejumlah 70 buah bertajuk kisah Menak. Pada zaman Pangeran Girilaya dari Cirebon Wayang Golek yang masih berkisar pada penyebaran Agama Islam menambah lakon Ramayana dan Mahabharata.

Wayang Golek mulai menjangkau tanah Pasundan ketika masa Panembahan Ratu yang juga merupakan cicit Sunan Kudus memerintah Kesultanan Cirebon. Wayang Golek makin menyebar sebagai seni pertunjukan dengan kisah Babad dan sejarah Tanah Jawa yang masih bertujuan menyebarkan muatan Agama Islam.

Seiring perkembangan Wayang Golek yang kian pesat, Tanah Sunda juga mulai hadir Wayang Golek yang menggeser ketenaran Wayang Golek berbahasa Jawa. Wayang Golek khas sunda ini dikenal dengan Wayang Golek Purwa.

Saat ini pertunjukan Wayang Golek lebih bersifat tontonan dan hiburan semata. Diselenggarakan untuk memeriahkan peringatan acara besar, Hari kemerdekaan syukuran dan juga acara hajatan di masyarakat dengan pembelajaran yang bisa diambil di lakon dan kisah tokoh pewayangan.
Wayang Golek yang populer di Jawa barat adalah Wayang Golek dengan gaya Sunda dengan cerita Purwa, Serta Wayang Golek gaya Cirebon dengan cerita purwa cepak dan menak.

Selain pembelajaran dari kisah wayang golek sang penampil atau dalang juga harus menjaga beberapa kode etik agar pertunjukan tidak keluar dari koridor nilai-nilai yang di ajarkan. Nilai yang terangkum dalam kode etik itu berkutat pada menjaga nilai, Mendidik masyarakat memberikan contoh baik dalam ucapan maupun tingkah laku serta semangat gotong royong saling membantu menjaga silaturahim dan ukhuwah.

Dengan semangat yang sama saling menjaga silaturahim ukhuwah membantu dalam gotong royong Rumah syariah cibubur Adreena Village juga ikut menghadiri acara kirab sisingaan dan pertunjukan wayang golek dari hajat acara masyarakat sekitar. Terjaga dengan baik nilai-nilai positif dari tradisi dan budaya yang berkembang dalam masyarakat setempat


Developer dan Penghuni Cluster ikut dalam kemeriahan acara wayang golek dan menjadikan ajang untuk menjalin silaturahim bersama masyarakat sekitar, Dalam rangka menguatkan ukhuwah harmonisasi dan kerukunan serta menerapkan Indahnya ajaran Islam yang sudah diajarkan. Karena Lingkungan Islami yang harmonis juga dapat diwujudkan dengan memupuk silaturahim dengan masyarakat sekitar.

 

Leave a comment

Your email address will not be published.

Yuk Chat Kami
1
Tim Kami siap Melayani
Assalamualaikum
Ada yang bisa kami bantu kak?